I. Judul : Hubungan Pola Asuh dengan Konsep diri Siswa Kelas XII SMK PANCASILA PURWODADI – GROBOGAN.
II. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu kegiatan yang niscaya ada dalam kehidupan manusia. Setiap manusia selalu terlibat dalam belajar, Adalah suatu kewajiban agar persoalan belajar untuk selalu diolah dan diolah kembali untuk kepentingan semua manusia. Setiap manusia diundang untuk memahami belajar, karena belajar adalah aktivitas manusiawi yang khas dan menyangkut pertumbuhan dan perkembangan dirinya secara langsung. Setiap orang yang bertanggung jawab sebagai pembimbing individu amat berkepentingan untuk memahami persoalan belajar. Pemahaman yang seksama tentang belajar akan memberi peluang besar akan keberhasilan dalam menuaikan tugas tersebut. Dalam hal ini orang tua sebagai pendidik kodrati, guru sebagai pendidik subsider yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak di sekolah harus secara kantinue meluangkan waktu untuk memahami perkembangan pandangan-padangan tentang belajar dan manusia.
Persoalan belajar memang sudah menjadi realitas manusia. Sepanjang sejarahnya telah diadakan penelaahan terhadap aktivitas belajar manusia oleh bidang-bidang ilmu seperti filsafat dan psikologi. Bidang ilmu yang telah banyak mamberikan jawaban terhadap persoalan belajar adalah psikologi.Dalam bidang filsafat ditemukan aliran filsafat konstruktivisme yang mengatakan bahwa “kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif dimana pelajar membangun sendiri pengetahuannya, Pelajar mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari” (Paul Suparno, 1997 : 62). Sehubungan dengan hal ini aliran progresivisme memandang “manusia sebagai makhluk yang bebas, aktif, dinamis,dan kreatif.”(Imam Barnadib dan Sutari Imam Barnadib,1996: 62 ).
Berbagai teori dalam psikologi belajar pada prinsipnya berortientasi pada dua model pandangan manusia, yaitu model berorientasi behavioristik dan model yang berorientasi fenomenologis.
Orientasi behavioristik memandang manusia sebagai organisme pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang terdapat dalam lingkungan. Menurut pandangan ini manusia dapat dimanipulasi, yaitu tingkah lakunya dapat dikontrol. Adapun caranya adalah dengan mengontrol stimulus-stimulus yang ada diluarnya
(Dirjen Dikti, 1984-1985:34).
Orientasi fenomenologis menganggap manusia sebagai sumber dari semua kegiatan. Strategi ini juga memandang bahwa “ manusia sebagai makhluk aktif yang mampu beraksi dan melakukan pilihan-pilihan sendiri”
( Umar Tirtarahardja dan La Sula, 2000 : 194 ). Jadi pada hakekatnya manusia adalah kesadaran manusia. Jadi tingkah laku hanyalah ekspresi yang dapat diamati dan akibat dari eksistensi internal yang pada hakekatnya bersifat pribadi.Sebagai pribadi, ia adalah substansi, individu yang bersifat rasional, yang mampu menyadari bahwa dunia luarnya merupakan obyek yang dapat dijadikan alat untuk perkembangan dirinya, sehingga makin sempurna. Ada pendapat mengatakan bahwa “ Ciri khas adanya manusia adalah eksistensi, artinya manusia keluar dari dirinya sendiri, terbuka terhadap dunia luar. Keterbukaan ini tidak hanya dalam mengenal dunia tetapi justru dalam mengolahnya harus secara aktif dan kreatif, sehingga manusia makin berkembang dan makin sempurna “ ( A. Soedomo Hadi, 2005 : 7 ).
Kedua model pandangan tentang manusia ini berpengaruh terhadap proses pendidikan pada umumnya dan pendidikan disekolah pada khususnya. Orientasi behavioristik menyebabkan peranan guru amat kreatif dalam proses pembelajaran, sedangkan orientasi fenomenologis menyebabkan peranan murid aktif dalam proses pembelajaran.
Pemikiran di atas menempatkan betapa pentingnya peran siswa sebagai subyek dalam proses pembelajaran. Kualitas hasil belajar yang diperoleh sebagian ditentukan oleh kualitas faktor internal siswa, baik yang bersifat jasmani maupun yang bersifat psikologis. Salah satu faktor internal adalah konsep diri. Menurut Rogers “ individu mengevaluasi setiap pengalaman dalam kaitannya dengan konsep diri. Individu yang mempunyai konsep diri yang kuat dan positif akan memandang dunia dengan cara yang berbeda dengan orang yang mempunyai konsep diri yang lemah “ ( Rita L. Atkinson, dkk, 1993 : 169 ).
Dengan demikian dapat diartikan bahwa konsep diri mempengaruhi sikap, pemikiran, dan tindakan kita, serta suasana hati kita seperti rasa gembira dan rasa puas. Ada pendapat yang mengatakan bahwa “ Taraf kepuasan yang seseorang peroleh dari pekerjaan sebanding dengan tingkat dimana mereka telah sanggup mengimplementasikan konsep-konsep dirinya “ ( Moh. Thayeb Manrihu, 1992 : 94 ). Konsep diri yang buruk akan membuat kita sulit merealisir bakat dan potensi yang terpendam dalam diri kita. Sebaiknya citra diri yang sehat melapangkan jalan untuk meraih sukses dan kebahagian untuk hidup. Sejalan dengan pikiran ini siswa yang mempunyai kondep diri yang positif akan melapangkan kesuksesannya dalam belajar, sedangkan yang memiliki konsep diri yang negatif akan mengalami kesulitan.
Sedangkan dalam hal ini dapat diartikan pola asuh juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, untuk itu peran orang tua sangat penting dalam hal ini. Menurut Baumrind (1971) mengidentifikasikan tiga pola utama pengasuhan orang tua. Orang tua yang otoriter mengharapkan kepatuhan mutlak dan melihat bahwa anak butuh untuk di control. Sebaliknya, orang tua yang permisif membolehkan anak untuk mengatur hidup mereka sendiri dan menyediakan hanya sedikit panduan baku. Orang tua yang otoritatif bersifat tegas, adil, dan logis. Gaya pengasuhan ini dipandang akan membentuk anak-anak yang secara psikoligis sehat, kompeten, dan mandiri, yang bersifat kooperatif dan nyaman menghadapi situasi-situasi sosial. Peneliti lain ( Maccoby & Martin, 1983 ) menemukan tipe gaya pengasuhan keempat yang disebut “ tak terlibat “ atau uninvolved “. Orang tua yang tak terlibat sering kali terlalu larut dalam kehidupan mereka sendiri untuk bisa memberi respon yang tepat pada anak-anak mereka dan sering terlihat tak perduli.
Banyak pengaruh terhadap perkembangan kita terjadi dalam hubungan kita dengan orang selain orang tua kita saat anak-anak tumbuh melewati masa awal anak-anak, pola pertemanan akan berubah. Perubahan-perubahan ini banyak disebabkan oleh perkembangan kognitif. Berbagai kemampuan baru untuk berpikir tentang diri mereka dan orang lain, dan untuk memahami dunia mereka memungkinkan anak untuk mengembangkan hubungan sebaya yang lebih dalam dan bermakna.
Di sekolah, sebagian besar hidup anak dihabiskan tidak dengan orang tua mereka. Proses sosialisasi yang didasarkan pada hubungan primer dengan orang tua berlanjut dengan teman sebaya dalam situasi bermain dan sekolah : Sosialisasi adalah proses instrumental dimana anak menginternalisasikan nilai-nilai dan sikap-sikap kultural. Sekolah melembagakan standar-standar ini dan merupakan kontributor penting tidak hanya terhadap perkembangan intelektual tapi juga yang tak kalah penting, terhadap perkembangan sosila emosional.
Berhubungan dari uraian diatas, maka ada keinginan untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan antara konsep diri seorang siswa dengan prestasi belajarnya. Adapun judul skripsi yang dipilih adalah : HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KONSEP DIRI SISWA KELAS XII SMK PANCASILA PURWODADI, KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008.
C. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang akan diteliti rencananya adalah :
Ada beberapa siswa yang malas belajar karena merasa tidak mampu.
Banyaknya siswa yang menyontek saat ulangan.
Adanya siswa yang pesimis terhadap kemampuan dirinya dalam meraih prestasi.
Adanya pandangan dari beberapa guru SMK Pancasila bahwa siswa yang memiliki konsep diri negatif cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah. Demikian sebaliknya,siswa yang memiliki konsep diri yang positif memiliki prestasi belajar yang tinngi.
Banyak siswa yang belum memahami diri sehingga sering sulit dalam menentukan arah diri dalam proses pembelajaran.
D. Pembatasan Masalah
Berikut ini akan dibatasi masalah yang berkaitan dengan istilah yang ada dalam judul penelitian diatas yaitu :
HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KONSEP DIRI SISWA KELAS XII SMK PANCASILA PURWODADI, KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008.
E. Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian terdapat banyak maasalah yang dapat menghambat pelaksanaan penelitian, maka perumusan masalah adalah langkah yang sangat penting. Dengan permasalahan diharapkan dapat mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan data dan memilih metodologi yang tepat untuk penelitian yang positif dan signifikan.
F. Tujuan Penelitian
Rencana penelitian ini memiliki tujuan yaitu “ Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pola asuh dengan konsep diri siswa kelas XII SMK Pancasila Purwodadi Grobogan.
G. Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
1. Memberikan informasi kepada pembimbing belajar dan peserta didik mengenai pentingnya pemahaman mengenai konsep diri dalam meningkatkan prestasi belajar.
2. Memberikan masukan kepada para pengelola proses pembelajaran mengenai keterkaitan antara konsep diri dan prestasi belajar.
B. Manfaat Praktis
1. Menghindari adanya pemahaman yang keliru mengenai konsep diri di kalangan pembimbing belajar, pengelola proses pembelajaran dan para siswa.
2. Memberikan gambaran kepada peserta didik dan para pendidik mengenai pembentukan konsep diri yang positif.
3. Sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan hasil belajar.
III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Diskripsi Teori
1. Tinjauan Tentang Proses dan Hasil Belajar
a. Pengertian proses dan hasil belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara sengaja yang menimbulkan perubahan tingkah laku, perubahan tersebut diketahui yang didapatkan dari kemampuan baru yang relatif menetap dalam diri individu yang belajar. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa proses belajar itu, merupakan proses internal yang terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungan sebagai faktor eksternal.
b. Faktor - faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Dapat dikelompokan menjadi dua kategori yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa yang meliputi dua aspek pokok yaitu aspek jasmani dan aspek rohani. Contoh : Aspek jasmani adalah kondisi jasmani pada umumnya dan panca indra, sedangkan Contoh : Aspek rohani adalah intelegensi, motivasi, konsep diri, dan kepribadian. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa. Faktor ini dapat berupa lingkungan seperti sarana yang sengaja diadakan dan dapat pula berupa lingkungan alam dan lingkungan sosial.
2. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua adalah suatu model mendidik yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Fungsi orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam masyarakat, baik dalam tinjauan sosiologis, biologis, maupun psikologis. Adapun pengertian tentang fungsi secara biologis adalah melanjutkan keturunan, sedangkan fungsi psikolofis adalah memberikan kasih saying, keakraban dan mengembangkan kepribadian, dan untuk fungsi secara sosiologis adalah menanamkan kewajiban, tanggung jawab, meneruskan adat-istiadat, system nilai dan norma, agama ( Gunarso, 1995 : 30 ).
b. Jenis Pola Asuh
Pola asuh orang tua yang dapat diterapkan untuk membina anak-anaknya adalah mempunyai perbedaan antara satu orang dengan yang lain. Berkaitan dengan hal tersebut pada dasarnya tidak terdapat rumus yang pasti untuk melakukan pola asuh orang tua.
c. Bentuk Pola Asuh
Perwujudan pola asuh yang dilakukan orang tua diantaranya adalah sebagai berikut :
1.) Metode autokratis orang tua lebih cenderung melakukan pola asuh yang sesuai dengan apa yang dialaminya.
2.) Metode demokratis orang tua lebih bersifat mementingkan kelompok bersama dengan cara musyawarah. Pola demokratis selain memperhatikan kebebasan juga memperhatikan suatu ketertiban, sehingga ketertiban yang dilakukan akan mempunyai nilai tambah bagi dirinya sendiri.
3. Tinjauan Tentang Konsep Diri
a. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri seseorang erat berhubungan dengan penerimaan dirinya, penilaian dirinya, citra dirinya, gambaran tentang dirinya dan tentang harga dirinya. ( F. Mardi Prasetyo, SJ,2000 : 168 )
Konsep diri seseorang dari waktu kewaktu akan mengalami perkembangan semakin luas, semakin beragam dan kaya pengalaman , maka akan semakin terinci serta mantap pola dirinya. Konsep diri terbagi atas konsep diri yang negatif dan konsep diri yang positif
( R.B. Burns, 1993 ).
v Karakteristik mengenai konsep diri yang negatif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut :
1). Individu sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit menerima kritik dari orang lain. Kritik dipandang sebagai
pengabsahan lebih lanjut kepada inferioritas mereka.
2). Individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain. Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk mempertahankan citra diri yang goyah, dan mengarahkan kembali perhatian kepada kekurangan dari orang lain daripada kekurangan dirinya sendiri.
3). Individu yang sulit mengakui bahwa ia salah. Terdapat kompleks penyiksaan di mana kegagalan ditempatkan pada rencana tersembunyi dari orang lain dan kesalahan ditujukan kepada orang lain. Dengan kata lain, kelemahan pribadi dan kegagalan diri tidak mau diakui sebagai bagian dari dirinya sendiri.
v Karakteristik mengenai konsep diri yang positif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut :
1). Individu dapat menerima dirinya sendiri dan memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang menyenangkan dibandingkan orang yang menolak dirinya.
2). Individu memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai dan prinsip yang sebelumnya dipegang teguh dengan pengalaman yang baru.
3). Individu tidak mempunyai kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang.
b. Manfaat Konsep Diri
Apabila konsep diri sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, maka akan memudahkan individu untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan dalam pergaulannya dengan orang lain ( Problematic Man, 1995 )
4. Hubungan Konsep Diri dengan prestasi belajar
a. Konsep diri sebagai pusat kepribadian subyek belajar.
b. Konsep diri sebagai faktor psikologis dalam prose belajar.
c. Konsep diri sebagai sarana dan tujuan belajar.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraia diatas, maka dapat disajikan keranka berpikir sebagai berikut :
1. Konsep diri merupakan faktor internal dalam belajar.
2. Belajar merupakan aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan nilai
rapor yang baik dan memuaskan.
3. Konsep diri yang positif dapat mengembangkan perilaku yang kondusif
bagi pertumbuhan dan perkembangan individu.
Prestasi Belajar
Konsep Diri 4. Konsep diri yang baik memberi peluang yang besar bagi individu untuk
meraih prestasi belajar yang maksimal. Kerangka berpikir dapat
disajikan dalam bentuk matrik sebagai berikut :
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang mungkin benar atau mungkin salah, sehingga hipotesis perlu dibuktikan kebenaranya. ( Suharsimi Arikunto,1994:78).
Berdasarkan pengertian tersebut dikemukakan hipotesis adalah jawaban sementara dari hasil penelitian yang dilakukan.
Hipotesis yang dikenal dalam suatu penelitian Y,umumnya ada dua yaitu Hipotesis Kerja (Ha) hipotesis nihil (Ho) namun dalam penelitian hipotesis yang diajukan adalah hipotesis kerja yang berbunyi:
“Adanya perbedaan minat belajar siswa antara yang mengikuti layanan pembelajaran dengan siswa yang tidak mengikuti layanan pembelajaran pada siswa SMK PANCASILA PURWODADI GROBOGAN”.
Perbedaan tersebut menunjukan bahwa siswa yang mengikuti layanan pembelajaran memiliki minat belajar yang lebih baik dari pada siswa yang tidak mengikuti layanan pembelajaran.
IV. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Rencana penelitian akan dilaksanakan di SMK PANCASILA PURWODADI – GROBOGAN.
b. Waktu Penelitian
Setelah proposal ini disetujui selanjutnya akan melakukan penelitian selama 3 bulan.
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Untuk menjelaskan atau memberi gambaran tentang apa yang akan diteliti dalam suatu penelitian selalu berkaitan dengan populasi.
Pengertian populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik berupa manusia, gejala-gejala peristiwa maupun benda ( Suharsimi Arikunto,1988 :115).
Sedangkan Sutrisno Hadi (1999:220), menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan individu baik manusia maupun yang bukan manusia yang memiliki sifat atau ciri-ciri yang sama untuk dijadikan daerah penelitian.
Dalam penelitian ini populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian siswa kelas XII SMK PANCASILA Purwodadi sejumlah 152 siswa yang terdiri dari 6 kelas yakni kelas A samapai dengan kelas F.
b. Sampel
1) Jumlah Sampel
Seorang peneliti tidak harus menggunakan populasi tetapi diijinkan untuk penelitian sempel. Sempel adalah sebagian atau wakil populasi untuk diteliti (Suharsimi Arikunto, 1999:102). Sedangkan menurut sutrisno hadi (1982:224), sempel adalah sekelompok individu yang jumlahnya kurang dari populasi. Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan bahwa sempel adalah bagian atau wakil dari populasi untuk dijadikan obyek penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (1992:103) tidak seharusnya seorang peneliti melakukan penelitian dengan seluruh obyek untuk diteliti, tetapi boleh meneliti sebagian populasi yang berarti penelitian secara sempel. Hal ini seperti yang dikemukakan yakni “ ………. Untuk sekedar ancer-ancer, maka subyeknya kurang dari 100 lebih baik subyeknya diambil seluruhnya untuk diselidiki sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Sedang subyeknya besar lebih dari 100, bisa diambil 10-15% , 20- 25% tergantung kebutuhan. “ berdasarkan pendapat tersebut sempel ditetapkan sebesar 15 % hal ini mengacu pendapat diatas.
2) Teknik Sampling
Rencana dalam pengambilan penelitian ini menggunakan teknik sampel porposive sampling “ teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya: (Husaini Usman, 1995:186).
C. Variabel Penelitian
Sehubungan dengan pengertian dan jenis variabel yang berhubungan dengan rumusan tujuan diatas,maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang mempengaruhi atau prediktor yang disebut variabel bebas dan variabel yang dipengaruhi atau kriterius yang disebut variabel terikat adalah :
a. Varibel Layanan Pembelajaran (X) varibel inilah yang menunjukan dimana bantuan atau bimbingan belajar yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa agar ada perubahan tingkah laku yang lebih dewasa,dari pengalaman-pengalaman dan latihan-latihan yang diperolehnya, untuk kepentingan sisawa itu sendiri,yaitu memperoleh prestasi berlajar yang optimal.
b. Variabel minat belajar (Y) variabel ini menunjukan dimana suatu keinginan yang ditimbulkan dari dalam individu kepada suatu keinginan belajar karena kebutuhan yang disertai perasaan senang dan menjadi landasan untuk mencapai keberhasilan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Mengingat data yang dikumpulkan menyangkut prestasi belajar dan konsep diri, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Angket untuk mencari data tentang konsep diri
(a). Pengertian angket menurut Suharsimi ( 1997 : 140 ) adalah “Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk meemperoleh informasi dari responden dalam arti tentang pribadinya dan hal-hal yang diketahuinya.”
(b). Alasan dipilihnya metode angket dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menghindari pengaruh-pengaruh subyektif.
2. Dengan angket responden lebih tegas dalam memberi keterangan.
3. Setiap responden dapat dipastikan menerima seumlah pertanyaan
yang sama.
(c). Keuntungan memakai angket adalah :
1. Tidak mengharuskan kehadiran peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
sekaligus.
3. Waktu pelaksanaan pengisian tidak mengikat sehingga dapat
disesuiakan dengan waktu yang dimiliki responden.
4. Bisa dibuat anonym sehingga responden bisa jujur dan lebih bebas
dalam menjawab.
(d). Penilaian angket :
Dalam penelitian ini teknik angket yang digunakan adalah angket langsung, yaitu menyampaiakan daftar pertanyaan secara langsung pada responden. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang konsep diri.Angket dapat disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dan setiap pilihan punya bobot tersendiri dengan kriteria sebagai berikut :
- Alternatif A mendapat Score 5
- Alternatif B mendapat Score 4
- Alternatif C mendapat Score 3
- Alternatif D mendapat Score 2
- Alternatif E mendapat Score 1
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data mengenai hal – hal atau suatu variabel yang berupa catatan,prestasi dan sebagainya (Suraharsimi Arikunto, 1993:202). Sedangkan menurut
(Winarno Surakhmad, 1980 : 142) Metode dokumentasi adalah suatu penyelidikan yang ditunjukan kepada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber-sumber dokumen.
E. Uji Coba Instrumen
Suatu instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian haruslah memenuhi standart validitas dan reliabilitas. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket. Maka angket tersebut harus memenuhi persyaratan kesahihan dan keandalan. Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut adalah :
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevaliditasan keahlian suatu instrumen (Suharsimi Arikunto,1993 : 136).Pengukuran validitas instrument dengan menggunakan rumus Product moment ( Pearson ), maka rumusnya adalah sebagai berikut :
( Suharsimi Arikunto, 2002 : 162 ).
Keterangan:
= Jumlah nilai X
= Jumlah nilai Y
= Jumlah kuadrat X
= Jumlah kuadrat Y
= Jumlah perkalian X dan Y
N = Jumlah obyek yang diteliti
= Koefisien korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat
Untuk mengukur validitas item digunakan koefisien korelasi sebagai berikut :
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 sangat rendah
(Arikunto,1987;71)
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan, atau menunjukan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama (Djamaludin Acok dalam Masri Singarimbun,1989:140). Sedangkan menurut ( Hadari Nawawi 1985 : 139 ). Reliabilitas adalah Alat pengumpulan data menunjukkan tinkat ketepatan alat tersebut dalam mengungkapkan gejala-gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik belah dua yaitu dengan mengelompokan skor item nomor gasal ( X ) dan skor item genap ( Y ), kemudian skor tersebut dikorelasikan dengan menggunakan rumus korelasi product moment angka kasar. Dari hasil korelasi X dan Y tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus Spearman Brown sebagai berikut :
= ½½
( 1 + )
( Suharsimi Arikunto, 1990 : 90 )
Keterangan:
= Korelasi reliabilitas instrumen
= Korelasi antara item balahan pertama dengan item belahan kedua (Suharsimi Arikunto, 1996:160).
F. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah berupa angka-angka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistic, untuk mengetahui hubungan antara variable yang ada dengan rumus koefisien korelasi Product Moment dengan angka kasar dari karl Pearson sebagai berikut :
r =
Keterangan:
= Jumlah belahan gasal(X)
= Jumlah belahan genap(Y)
= Jumlah nilai belahan gasal (X) yang dikuadratkan
= Jumlah nilai belahan genap (Y) yang dikuadratkan
= Jumlah perkalian belahan gasal (X) dengan belahan genap(Y)
N = Jumlah obyek yang diteliti
Untuk mengukur Hubungan Pola Asuh dengan Konsep Diri Siwa, maka dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan jumlah sampel ( N ) tertentu pada tarif signifikan 5%. Besar kecilnya hubungannya dinyatakan dalam angka pada indeks. Berapapun kecilnya korelasi, jika bukan 0,000 dapat diartikan bahwa antara indeks variabel yang dikolerasikan, terdapat adanya korelasi
( Arikunto, 1996 : 256 ).
G. SISTEMATIKA SKRIPSI
Untuk memudahkan para pembaca dalam memahami skripsi ini, maka penyajianya dibagai menjadi tiga bagian yaitu: bagian awal , bagian isi, dan bagian akhir.
Bagian isi terdiri dari lima bab dan masing – masing bab terdiri dari sub – sub seperti berikut ini :
Bab I : PENDAHULUAN
Latar Belakang masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Bab II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Diskripsi Teori
I. Tinjauan Tentang Proses dan Hasil Belajar
Pengertian proses dan hasil belajar
2. Tujuan dan hasil belajar
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
II. Tinjauan Tentang Konsep Diri
1.Pengertian konsep Diri
2. Manfaat Konsep Diri
Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar
HIPOTESIS
Bab III : METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Teknik Populasi dan Sempel
Teknik Sampling
Teknik pengumpulan Data
Uji Coba Instrumen
Teknik Analisis Data
Bab IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambar umum obyek penelitian
Analisis data dan pembahasan
Pembahasan hasil penelitian
Bab V : PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen.Dikti., 1984 – 1985. Materi Dasar Pendidikan program Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi, Psikologi Belajar, Dirjen Dikti, Jakarta.
Dewa ketut sukardi, 1994. Bimbingan dan Konseling, Jakarta; Bima Aksara
Sutrisno Hadi, 1995. Metodelogi Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta
Sutrisno Hadi, 2001. Statistik 1 dan 2, Andi Offset, Yogyakarta
Suharsimi Arikunto, 1999. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka cipta.
Sudjana, 1996. Metoda Statistik, Bandung : Tarsito.
Moh. Thayeb Manrihu, 1992. Pengantar BK Karier, Bumi Aksara, Jakarta
Chlijah Hasan, 1994. Dimensi-dimensi Pendidikan, Jakarta ; Rajawali Press.
Siparwoto. 2000. Evaluasi Layanan Bimbingan Konseling, UNNES
II. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu kegiatan yang niscaya ada dalam kehidupan manusia. Setiap manusia selalu terlibat dalam belajar, Adalah suatu kewajiban agar persoalan belajar untuk selalu diolah dan diolah kembali untuk kepentingan semua manusia. Setiap manusia diundang untuk memahami belajar, karena belajar adalah aktivitas manusiawi yang khas dan menyangkut pertumbuhan dan perkembangan dirinya secara langsung. Setiap orang yang bertanggung jawab sebagai pembimbing individu amat berkepentingan untuk memahami persoalan belajar. Pemahaman yang seksama tentang belajar akan memberi peluang besar akan keberhasilan dalam menuaikan tugas tersebut. Dalam hal ini orang tua sebagai pendidik kodrati, guru sebagai pendidik subsider yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak di sekolah harus secara kantinue meluangkan waktu untuk memahami perkembangan pandangan-padangan tentang belajar dan manusia.
Persoalan belajar memang sudah menjadi realitas manusia. Sepanjang sejarahnya telah diadakan penelaahan terhadap aktivitas belajar manusia oleh bidang-bidang ilmu seperti filsafat dan psikologi. Bidang ilmu yang telah banyak mamberikan jawaban terhadap persoalan belajar adalah psikologi.Dalam bidang filsafat ditemukan aliran filsafat konstruktivisme yang mengatakan bahwa “kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif dimana pelajar membangun sendiri pengetahuannya, Pelajar mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari” (Paul Suparno, 1997 : 62). Sehubungan dengan hal ini aliran progresivisme memandang “manusia sebagai makhluk yang bebas, aktif, dinamis,dan kreatif.”(Imam Barnadib dan Sutari Imam Barnadib,1996: 62 ).
Berbagai teori dalam psikologi belajar pada prinsipnya berortientasi pada dua model pandangan manusia, yaitu model berorientasi behavioristik dan model yang berorientasi fenomenologis.
Orientasi behavioristik memandang manusia sebagai organisme pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang terdapat dalam lingkungan. Menurut pandangan ini manusia dapat dimanipulasi, yaitu tingkah lakunya dapat dikontrol. Adapun caranya adalah dengan mengontrol stimulus-stimulus yang ada diluarnya
(Dirjen Dikti, 1984-1985:34).
Orientasi fenomenologis menganggap manusia sebagai sumber dari semua kegiatan. Strategi ini juga memandang bahwa “ manusia sebagai makhluk aktif yang mampu beraksi dan melakukan pilihan-pilihan sendiri”
( Umar Tirtarahardja dan La Sula, 2000 : 194 ). Jadi pada hakekatnya manusia adalah kesadaran manusia. Jadi tingkah laku hanyalah ekspresi yang dapat diamati dan akibat dari eksistensi internal yang pada hakekatnya bersifat pribadi.Sebagai pribadi, ia adalah substansi, individu yang bersifat rasional, yang mampu menyadari bahwa dunia luarnya merupakan obyek yang dapat dijadikan alat untuk perkembangan dirinya, sehingga makin sempurna. Ada pendapat mengatakan bahwa “ Ciri khas adanya manusia adalah eksistensi, artinya manusia keluar dari dirinya sendiri, terbuka terhadap dunia luar. Keterbukaan ini tidak hanya dalam mengenal dunia tetapi justru dalam mengolahnya harus secara aktif dan kreatif, sehingga manusia makin berkembang dan makin sempurna “ ( A. Soedomo Hadi, 2005 : 7 ).
Kedua model pandangan tentang manusia ini berpengaruh terhadap proses pendidikan pada umumnya dan pendidikan disekolah pada khususnya. Orientasi behavioristik menyebabkan peranan guru amat kreatif dalam proses pembelajaran, sedangkan orientasi fenomenologis menyebabkan peranan murid aktif dalam proses pembelajaran.
Pemikiran di atas menempatkan betapa pentingnya peran siswa sebagai subyek dalam proses pembelajaran. Kualitas hasil belajar yang diperoleh sebagian ditentukan oleh kualitas faktor internal siswa, baik yang bersifat jasmani maupun yang bersifat psikologis. Salah satu faktor internal adalah konsep diri. Menurut Rogers “ individu mengevaluasi setiap pengalaman dalam kaitannya dengan konsep diri. Individu yang mempunyai konsep diri yang kuat dan positif akan memandang dunia dengan cara yang berbeda dengan orang yang mempunyai konsep diri yang lemah “ ( Rita L. Atkinson, dkk, 1993 : 169 ).
Dengan demikian dapat diartikan bahwa konsep diri mempengaruhi sikap, pemikiran, dan tindakan kita, serta suasana hati kita seperti rasa gembira dan rasa puas. Ada pendapat yang mengatakan bahwa “ Taraf kepuasan yang seseorang peroleh dari pekerjaan sebanding dengan tingkat dimana mereka telah sanggup mengimplementasikan konsep-konsep dirinya “ ( Moh. Thayeb Manrihu, 1992 : 94 ). Konsep diri yang buruk akan membuat kita sulit merealisir bakat dan potensi yang terpendam dalam diri kita. Sebaiknya citra diri yang sehat melapangkan jalan untuk meraih sukses dan kebahagian untuk hidup. Sejalan dengan pikiran ini siswa yang mempunyai kondep diri yang positif akan melapangkan kesuksesannya dalam belajar, sedangkan yang memiliki konsep diri yang negatif akan mengalami kesulitan.
Sedangkan dalam hal ini dapat diartikan pola asuh juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, untuk itu peran orang tua sangat penting dalam hal ini. Menurut Baumrind (1971) mengidentifikasikan tiga pola utama pengasuhan orang tua. Orang tua yang otoriter mengharapkan kepatuhan mutlak dan melihat bahwa anak butuh untuk di control. Sebaliknya, orang tua yang permisif membolehkan anak untuk mengatur hidup mereka sendiri dan menyediakan hanya sedikit panduan baku. Orang tua yang otoritatif bersifat tegas, adil, dan logis. Gaya pengasuhan ini dipandang akan membentuk anak-anak yang secara psikoligis sehat, kompeten, dan mandiri, yang bersifat kooperatif dan nyaman menghadapi situasi-situasi sosial. Peneliti lain ( Maccoby & Martin, 1983 ) menemukan tipe gaya pengasuhan keempat yang disebut “ tak terlibat “ atau uninvolved “. Orang tua yang tak terlibat sering kali terlalu larut dalam kehidupan mereka sendiri untuk bisa memberi respon yang tepat pada anak-anak mereka dan sering terlihat tak perduli.
Banyak pengaruh terhadap perkembangan kita terjadi dalam hubungan kita dengan orang selain orang tua kita saat anak-anak tumbuh melewati masa awal anak-anak, pola pertemanan akan berubah. Perubahan-perubahan ini banyak disebabkan oleh perkembangan kognitif. Berbagai kemampuan baru untuk berpikir tentang diri mereka dan orang lain, dan untuk memahami dunia mereka memungkinkan anak untuk mengembangkan hubungan sebaya yang lebih dalam dan bermakna.
Di sekolah, sebagian besar hidup anak dihabiskan tidak dengan orang tua mereka. Proses sosialisasi yang didasarkan pada hubungan primer dengan orang tua berlanjut dengan teman sebaya dalam situasi bermain dan sekolah : Sosialisasi adalah proses instrumental dimana anak menginternalisasikan nilai-nilai dan sikap-sikap kultural. Sekolah melembagakan standar-standar ini dan merupakan kontributor penting tidak hanya terhadap perkembangan intelektual tapi juga yang tak kalah penting, terhadap perkembangan sosila emosional.
Berhubungan dari uraian diatas, maka ada keinginan untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan antara konsep diri seorang siswa dengan prestasi belajarnya. Adapun judul skripsi yang dipilih adalah : HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KONSEP DIRI SISWA KELAS XII SMK PANCASILA PURWODADI, KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008.
C. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang akan diteliti rencananya adalah :
Ada beberapa siswa yang malas belajar karena merasa tidak mampu.
Banyaknya siswa yang menyontek saat ulangan.
Adanya siswa yang pesimis terhadap kemampuan dirinya dalam meraih prestasi.
Adanya pandangan dari beberapa guru SMK Pancasila bahwa siswa yang memiliki konsep diri negatif cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah. Demikian sebaliknya,siswa yang memiliki konsep diri yang positif memiliki prestasi belajar yang tinngi.
Banyak siswa yang belum memahami diri sehingga sering sulit dalam menentukan arah diri dalam proses pembelajaran.
D. Pembatasan Masalah
Berikut ini akan dibatasi masalah yang berkaitan dengan istilah yang ada dalam judul penelitian diatas yaitu :
HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KONSEP DIRI SISWA KELAS XII SMK PANCASILA PURWODADI, KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008.
E. Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian terdapat banyak maasalah yang dapat menghambat pelaksanaan penelitian, maka perumusan masalah adalah langkah yang sangat penting. Dengan permasalahan diharapkan dapat mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan data dan memilih metodologi yang tepat untuk penelitian yang positif dan signifikan.
F. Tujuan Penelitian
Rencana penelitian ini memiliki tujuan yaitu “ Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pola asuh dengan konsep diri siswa kelas XII SMK Pancasila Purwodadi Grobogan.
G. Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
1. Memberikan informasi kepada pembimbing belajar dan peserta didik mengenai pentingnya pemahaman mengenai konsep diri dalam meningkatkan prestasi belajar.
2. Memberikan masukan kepada para pengelola proses pembelajaran mengenai keterkaitan antara konsep diri dan prestasi belajar.
B. Manfaat Praktis
1. Menghindari adanya pemahaman yang keliru mengenai konsep diri di kalangan pembimbing belajar, pengelola proses pembelajaran dan para siswa.
2. Memberikan gambaran kepada peserta didik dan para pendidik mengenai pembentukan konsep diri yang positif.
3. Sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan hasil belajar.
III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Diskripsi Teori
1. Tinjauan Tentang Proses dan Hasil Belajar
a. Pengertian proses dan hasil belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara sengaja yang menimbulkan perubahan tingkah laku, perubahan tersebut diketahui yang didapatkan dari kemampuan baru yang relatif menetap dalam diri individu yang belajar. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa proses belajar itu, merupakan proses internal yang terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungan sebagai faktor eksternal.
b. Faktor - faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Dapat dikelompokan menjadi dua kategori yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa yang meliputi dua aspek pokok yaitu aspek jasmani dan aspek rohani. Contoh : Aspek jasmani adalah kondisi jasmani pada umumnya dan panca indra, sedangkan Contoh : Aspek rohani adalah intelegensi, motivasi, konsep diri, dan kepribadian. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa. Faktor ini dapat berupa lingkungan seperti sarana yang sengaja diadakan dan dapat pula berupa lingkungan alam dan lingkungan sosial.
2. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua adalah suatu model mendidik yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Fungsi orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam masyarakat, baik dalam tinjauan sosiologis, biologis, maupun psikologis. Adapun pengertian tentang fungsi secara biologis adalah melanjutkan keturunan, sedangkan fungsi psikolofis adalah memberikan kasih saying, keakraban dan mengembangkan kepribadian, dan untuk fungsi secara sosiologis adalah menanamkan kewajiban, tanggung jawab, meneruskan adat-istiadat, system nilai dan norma, agama ( Gunarso, 1995 : 30 ).
b. Jenis Pola Asuh
Pola asuh orang tua yang dapat diterapkan untuk membina anak-anaknya adalah mempunyai perbedaan antara satu orang dengan yang lain. Berkaitan dengan hal tersebut pada dasarnya tidak terdapat rumus yang pasti untuk melakukan pola asuh orang tua.
c. Bentuk Pola Asuh
Perwujudan pola asuh yang dilakukan orang tua diantaranya adalah sebagai berikut :
1.) Metode autokratis orang tua lebih cenderung melakukan pola asuh yang sesuai dengan apa yang dialaminya.
2.) Metode demokratis orang tua lebih bersifat mementingkan kelompok bersama dengan cara musyawarah. Pola demokratis selain memperhatikan kebebasan juga memperhatikan suatu ketertiban, sehingga ketertiban yang dilakukan akan mempunyai nilai tambah bagi dirinya sendiri.
3. Tinjauan Tentang Konsep Diri
a. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri seseorang erat berhubungan dengan penerimaan dirinya, penilaian dirinya, citra dirinya, gambaran tentang dirinya dan tentang harga dirinya. ( F. Mardi Prasetyo, SJ,2000 : 168 )
Konsep diri seseorang dari waktu kewaktu akan mengalami perkembangan semakin luas, semakin beragam dan kaya pengalaman , maka akan semakin terinci serta mantap pola dirinya. Konsep diri terbagi atas konsep diri yang negatif dan konsep diri yang positif
( R.B. Burns, 1993 ).
v Karakteristik mengenai konsep diri yang negatif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut :
1). Individu sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit menerima kritik dari orang lain. Kritik dipandang sebagai
pengabsahan lebih lanjut kepada inferioritas mereka.
2). Individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain. Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk mempertahankan citra diri yang goyah, dan mengarahkan kembali perhatian kepada kekurangan dari orang lain daripada kekurangan dirinya sendiri.
3). Individu yang sulit mengakui bahwa ia salah. Terdapat kompleks penyiksaan di mana kegagalan ditempatkan pada rencana tersembunyi dari orang lain dan kesalahan ditujukan kepada orang lain. Dengan kata lain, kelemahan pribadi dan kegagalan diri tidak mau diakui sebagai bagian dari dirinya sendiri.
v Karakteristik mengenai konsep diri yang positif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut :
1). Individu dapat menerima dirinya sendiri dan memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang menyenangkan dibandingkan orang yang menolak dirinya.
2). Individu memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai dan prinsip yang sebelumnya dipegang teguh dengan pengalaman yang baru.
3). Individu tidak mempunyai kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang.
b. Manfaat Konsep Diri
Apabila konsep diri sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, maka akan memudahkan individu untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan dalam pergaulannya dengan orang lain ( Problematic Man, 1995 )
4. Hubungan Konsep Diri dengan prestasi belajar
a. Konsep diri sebagai pusat kepribadian subyek belajar.
b. Konsep diri sebagai faktor psikologis dalam prose belajar.
c. Konsep diri sebagai sarana dan tujuan belajar.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraia diatas, maka dapat disajikan keranka berpikir sebagai berikut :
1. Konsep diri merupakan faktor internal dalam belajar.
2. Belajar merupakan aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan nilai
rapor yang baik dan memuaskan.
3. Konsep diri yang positif dapat mengembangkan perilaku yang kondusif
bagi pertumbuhan dan perkembangan individu.
Prestasi Belajar
Konsep Diri 4. Konsep diri yang baik memberi peluang yang besar bagi individu untuk
meraih prestasi belajar yang maksimal. Kerangka berpikir dapat
disajikan dalam bentuk matrik sebagai berikut :
C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang mungkin benar atau mungkin salah, sehingga hipotesis perlu dibuktikan kebenaranya. ( Suharsimi Arikunto,1994:78).
Berdasarkan pengertian tersebut dikemukakan hipotesis adalah jawaban sementara dari hasil penelitian yang dilakukan.
Hipotesis yang dikenal dalam suatu penelitian Y,umumnya ada dua yaitu Hipotesis Kerja (Ha) hipotesis nihil (Ho) namun dalam penelitian hipotesis yang diajukan adalah hipotesis kerja yang berbunyi:
“Adanya perbedaan minat belajar siswa antara yang mengikuti layanan pembelajaran dengan siswa yang tidak mengikuti layanan pembelajaran pada siswa SMK PANCASILA PURWODADI GROBOGAN”.
Perbedaan tersebut menunjukan bahwa siswa yang mengikuti layanan pembelajaran memiliki minat belajar yang lebih baik dari pada siswa yang tidak mengikuti layanan pembelajaran.
IV. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Rencana penelitian akan dilaksanakan di SMK PANCASILA PURWODADI – GROBOGAN.
b. Waktu Penelitian
Setelah proposal ini disetujui selanjutnya akan melakukan penelitian selama 3 bulan.
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Untuk menjelaskan atau memberi gambaran tentang apa yang akan diteliti dalam suatu penelitian selalu berkaitan dengan populasi.
Pengertian populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik berupa manusia, gejala-gejala peristiwa maupun benda ( Suharsimi Arikunto,1988 :115).
Sedangkan Sutrisno Hadi (1999:220), menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan individu baik manusia maupun yang bukan manusia yang memiliki sifat atau ciri-ciri yang sama untuk dijadikan daerah penelitian.
Dalam penelitian ini populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian siswa kelas XII SMK PANCASILA Purwodadi sejumlah 152 siswa yang terdiri dari 6 kelas yakni kelas A samapai dengan kelas F.
b. Sampel
1) Jumlah Sampel
Seorang peneliti tidak harus menggunakan populasi tetapi diijinkan untuk penelitian sempel. Sempel adalah sebagian atau wakil populasi untuk diteliti (Suharsimi Arikunto, 1999:102). Sedangkan menurut sutrisno hadi (1982:224), sempel adalah sekelompok individu yang jumlahnya kurang dari populasi. Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan bahwa sempel adalah bagian atau wakil dari populasi untuk dijadikan obyek penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (1992:103) tidak seharusnya seorang peneliti melakukan penelitian dengan seluruh obyek untuk diteliti, tetapi boleh meneliti sebagian populasi yang berarti penelitian secara sempel. Hal ini seperti yang dikemukakan yakni “ ………. Untuk sekedar ancer-ancer, maka subyeknya kurang dari 100 lebih baik subyeknya diambil seluruhnya untuk diselidiki sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Sedang subyeknya besar lebih dari 100, bisa diambil 10-15% , 20- 25% tergantung kebutuhan. “ berdasarkan pendapat tersebut sempel ditetapkan sebesar 15 % hal ini mengacu pendapat diatas.
2) Teknik Sampling
Rencana dalam pengambilan penelitian ini menggunakan teknik sampel porposive sampling “ teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya: (Husaini Usman, 1995:186).
C. Variabel Penelitian
Sehubungan dengan pengertian dan jenis variabel yang berhubungan dengan rumusan tujuan diatas,maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang mempengaruhi atau prediktor yang disebut variabel bebas dan variabel yang dipengaruhi atau kriterius yang disebut variabel terikat adalah :
a. Varibel Layanan Pembelajaran (X) varibel inilah yang menunjukan dimana bantuan atau bimbingan belajar yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa agar ada perubahan tingkah laku yang lebih dewasa,dari pengalaman-pengalaman dan latihan-latihan yang diperolehnya, untuk kepentingan sisawa itu sendiri,yaitu memperoleh prestasi berlajar yang optimal.
b. Variabel minat belajar (Y) variabel ini menunjukan dimana suatu keinginan yang ditimbulkan dari dalam individu kepada suatu keinginan belajar karena kebutuhan yang disertai perasaan senang dan menjadi landasan untuk mencapai keberhasilan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Mengingat data yang dikumpulkan menyangkut prestasi belajar dan konsep diri, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Angket untuk mencari data tentang konsep diri
(a). Pengertian angket menurut Suharsimi ( 1997 : 140 ) adalah “Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk meemperoleh informasi dari responden dalam arti tentang pribadinya dan hal-hal yang diketahuinya.”
(b). Alasan dipilihnya metode angket dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menghindari pengaruh-pengaruh subyektif.
2. Dengan angket responden lebih tegas dalam memberi keterangan.
3. Setiap responden dapat dipastikan menerima seumlah pertanyaan
yang sama.
(c). Keuntungan memakai angket adalah :
1. Tidak mengharuskan kehadiran peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
sekaligus.
3. Waktu pelaksanaan pengisian tidak mengikat sehingga dapat
disesuiakan dengan waktu yang dimiliki responden.
4. Bisa dibuat anonym sehingga responden bisa jujur dan lebih bebas
dalam menjawab.
(d). Penilaian angket :
Dalam penelitian ini teknik angket yang digunakan adalah angket langsung, yaitu menyampaiakan daftar pertanyaan secara langsung pada responden. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang konsep diri.Angket dapat disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dan setiap pilihan punya bobot tersendiri dengan kriteria sebagai berikut :
- Alternatif A mendapat Score 5
- Alternatif B mendapat Score 4
- Alternatif C mendapat Score 3
- Alternatif D mendapat Score 2
- Alternatif E mendapat Score 1
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data mengenai hal – hal atau suatu variabel yang berupa catatan,prestasi dan sebagainya (Suraharsimi Arikunto, 1993:202). Sedangkan menurut
(Winarno Surakhmad, 1980 : 142) Metode dokumentasi adalah suatu penyelidikan yang ditunjukan kepada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber-sumber dokumen.
E. Uji Coba Instrumen
Suatu instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian haruslah memenuhi standart validitas dan reliabilitas. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket. Maka angket tersebut harus memenuhi persyaratan kesahihan dan keandalan. Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut adalah :
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevaliditasan keahlian suatu instrumen (Suharsimi Arikunto,1993 : 136).Pengukuran validitas instrument dengan menggunakan rumus Product moment ( Pearson ), maka rumusnya adalah sebagai berikut :
( Suharsimi Arikunto, 2002 : 162 ).
Keterangan:
= Jumlah nilai X
= Jumlah nilai Y
= Jumlah kuadrat X
= Jumlah kuadrat Y
= Jumlah perkalian X dan Y
N = Jumlah obyek yang diteliti
= Koefisien korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat
Untuk mengukur validitas item digunakan koefisien korelasi sebagai berikut :
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 sangat rendah
(Arikunto,1987;71)
b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan, atau menunjukan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama (Djamaludin Acok dalam Masri Singarimbun,1989:140). Sedangkan menurut ( Hadari Nawawi 1985 : 139 ). Reliabilitas adalah Alat pengumpulan data menunjukkan tinkat ketepatan alat tersebut dalam mengungkapkan gejala-gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik belah dua yaitu dengan mengelompokan skor item nomor gasal ( X ) dan skor item genap ( Y ), kemudian skor tersebut dikorelasikan dengan menggunakan rumus korelasi product moment angka kasar. Dari hasil korelasi X dan Y tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus Spearman Brown sebagai berikut :
= ½½
( 1 + )
( Suharsimi Arikunto, 1990 : 90 )
Keterangan:
= Korelasi reliabilitas instrumen
= Korelasi antara item balahan pertama dengan item belahan kedua (Suharsimi Arikunto, 1996:160).
F. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah berupa angka-angka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistic, untuk mengetahui hubungan antara variable yang ada dengan rumus koefisien korelasi Product Moment dengan angka kasar dari karl Pearson sebagai berikut :
r =
Keterangan:
= Jumlah belahan gasal(X)
= Jumlah belahan genap(Y)
= Jumlah nilai belahan gasal (X) yang dikuadratkan
= Jumlah nilai belahan genap (Y) yang dikuadratkan
= Jumlah perkalian belahan gasal (X) dengan belahan genap(Y)
N = Jumlah obyek yang diteliti
Untuk mengukur Hubungan Pola Asuh dengan Konsep Diri Siwa, maka dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan jumlah sampel ( N ) tertentu pada tarif signifikan 5%. Besar kecilnya hubungannya dinyatakan dalam angka pada indeks. Berapapun kecilnya korelasi, jika bukan 0,000 dapat diartikan bahwa antara indeks variabel yang dikolerasikan, terdapat adanya korelasi
( Arikunto, 1996 : 256 ).
G. SISTEMATIKA SKRIPSI
Untuk memudahkan para pembaca dalam memahami skripsi ini, maka penyajianya dibagai menjadi tiga bagian yaitu: bagian awal , bagian isi, dan bagian akhir.
Bagian isi terdiri dari lima bab dan masing – masing bab terdiri dari sub – sub seperti berikut ini :
Bab I : PENDAHULUAN
Latar Belakang masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Bab II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Diskripsi Teori
I. Tinjauan Tentang Proses dan Hasil Belajar
Pengertian proses dan hasil belajar
2. Tujuan dan hasil belajar
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
II. Tinjauan Tentang Konsep Diri
1.Pengertian konsep Diri
2. Manfaat Konsep Diri
Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar
HIPOTESIS
Bab III : METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Teknik Populasi dan Sempel
Teknik Sampling
Teknik pengumpulan Data
Uji Coba Instrumen
Teknik Analisis Data
Bab IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambar umum obyek penelitian
Analisis data dan pembahasan
Pembahasan hasil penelitian
Bab V : PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen.Dikti., 1984 – 1985. Materi Dasar Pendidikan program Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi, Psikologi Belajar, Dirjen Dikti, Jakarta.
Dewa ketut sukardi, 1994. Bimbingan dan Konseling, Jakarta; Bima Aksara
Sutrisno Hadi, 1995. Metodelogi Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta
Sutrisno Hadi, 2001. Statistik 1 dan 2, Andi Offset, Yogyakarta
Suharsimi Arikunto, 1999. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka cipta.
Sudjana, 1996. Metoda Statistik, Bandung : Tarsito.
Moh. Thayeb Manrihu, 1992. Pengantar BK Karier, Bumi Aksara, Jakarta
Chlijah Hasan, 1994. Dimensi-dimensi Pendidikan, Jakarta ; Rajawali Press.
Siparwoto. 2000. Evaluasi Layanan Bimbingan Konseling, UNNES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar