Sabtu, 22 Agustus 2009

HEMAT ENERGI

Apakah Kamu Tahu??
Dari milis sebelahNgga menancapkan colokan listrik walapun ketika alat elektronik itu dimatikan = menghemat 40-50% biaya listrik yang harus anda bayarkan tiap bulannya.... Dan berarti pula, mengurangi panas yang timbul dari alat elektronik yang merembet ke pemanasan globalKantong plastik butuh waktu 1000 tahun untuk terurai di TPA(tempat pembuangan akhir). Sekitar 300 juta buah kantong plastik dibuang tiap tahunnya di Indonesia Belum lagi yang dibuang di sungai belakang rumah dan tempat2 yang tidak semestinya. Dan 10kg kertas koran yang siap di jual loakan... itu membutuhkan 1 pohon yang butuh waktu 10 taon untuk jadi besar. Bayangkan yang terjadi dengan ilegal logging... how many trees has been cutdown for you? Imagine how they make the world hotter?Ketika kamu membeli 1 liter air mineral di supermarket = beli 5 liter air. Tanya kenapa? Karena di pabrik, untuk mendinginkan botol plastik panas yang baru dicetak, membutuhkan 5 liter air... cck cck cck...Kode botol apa yang aman digunakan sebagai botol air? Lihat tanda dibawah botol, cari nomor 2,3 atau 4.... selain nomor2 itu... they're not safe, karena sama aja makan plastik!!!!Tisue yang udah di pakai itu ngga bisa di recycle... begitu juga karton2 yang bekas kena minyak, makanan, kue, minuman... They're only a waste... yang mau ngga mau tanahlah yang harus merecycle. Perkiraan orang memakai tisue 6 biji sehari. 2.200 biji setaun. Berarti kira2 44 MILIAR biji seluruh Indonesia setaun... Kalau kita menghemat 1 lembar ajah tiap hari... berarti kita mengurangi sampah kertas sebanyak 7 MILIIAR biji setaon... HEBAT KAN?Be Green on ATM? Kalo di BCA kan ada yang ambil duit ngga pake receipt... atau be smart dong... Transfer lewat Internet banking ato mobile banking....8 MILIAR kali transaksi di ATM yang mengeluarkan kertas receipt tiap taun adalah salah satu sumber sampah terbesar di dunia. Kalau selama setaon orang transaksi ngga pake kertas receipt, itu akan menghemat satu roll besar kertas yang bisa buat melingkari garis equator sampe 15 kali... ccck ccckMinimal punya 2 macam tempat sampah di rumah, membantu mengurangi polusi air, udara dan tanah.Pisahkan sampah basah (sisa makanan dan masakan, daun, minuman) dan sampah kering ( botol, plastik, kertas, kaca)Lebih baik lagi untuk memisahkan sampah menurut 4 kelas :Plastik (pembungkus makanan, kantong kresek, kantong belanjaan)Rumah tangga (tulang ayam, sisa capcay, makanan basi)Kertas (Pembungkus gorengan, popok bayi, tisue yang sudah dipakai)Buku bekas catatan, kertas2 tagihan, koran, kertas iklan... disendirikan untuk dijualLogam (kaleng susu, kaleng makanan) dan kaca.Hanya butuh waktu 2 bulan untuk menjadikan sampah rumah tangga menjadi kompos yang bisa dipakai lagi untuk pupuk tanaman...Polar Bear / Beruang kutub ngga bisa berenang... tapi karena global warming di Kutub Utara, mereka harus berenang 30km untuk mencari es tempat berteduh.Watch DISCOVERY CHANNEL : PLANET EARTH... pasti sedih deh ngeliat perjuangan seekor beruang kutub yang akhirnya mati karena kelelahan mencari daratan.Is that the world you will leave for your children? Yang penting be smart for the sake of ourselves! Save the world, save our lifes, save our children!Dapat dari email. Marilah kita peduli pada lingkungan dan generasi mendatang. Mungkin agak sulit bagi kita untuk melakukan semua diatas sekaligus, tapi paling nggak mulailah dengan apa yang bisa kita lakukan..
http://coroayu.blogspot.com/

PROPOSAL PENELITIAN

I. Judul : Hubungan Pola Asuh dengan Konsep diri Siswa Kelas XII SMK PANCASILA PURWODADI – GROBOGAN.

II. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan suatu kegiatan yang niscaya ada dalam kehidupan manusia. Setiap manusia selalu terlibat dalam belajar, Adalah suatu kewajiban agar persoalan belajar untuk selalu diolah dan diolah kembali untuk kepentingan semua manusia. Setiap manusia diundang untuk memahami belajar, karena belajar adalah aktivitas manusiawi yang khas dan menyangkut pertumbuhan dan perkembangan dirinya secara langsung. Setiap orang yang bertanggung jawab sebagai pembimbing individu amat berkepentingan untuk memahami persoalan belajar. Pemahaman yang seksama tentang belajar akan memberi peluang besar akan keberhasilan dalam menuaikan tugas tersebut. Dalam hal ini orang tua sebagai pendidik kodrati, guru sebagai pendidik subsider yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak di sekolah harus secara kantinue meluangkan waktu untuk memahami perkembangan pandangan-padangan tentang belajar dan manusia.
Persoalan belajar memang sudah menjadi realitas manusia. Sepanjang sejarahnya telah diadakan penelaahan terhadap aktivitas belajar manusia oleh bidang-bidang ilmu seperti filsafat dan psikologi. Bidang ilmu yang telah banyak mamberikan jawaban terhadap persoalan belajar adalah psikologi.Dalam bidang filsafat ditemukan aliran filsafat konstruktivisme yang mengatakan bahwa “kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif dimana pelajar membangun sendiri pengetahuannya, Pelajar mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari” (Paul Suparno, 1997 : 62). Sehubungan dengan hal ini aliran progresivisme memandang “manusia sebagai makhluk yang bebas, aktif, dinamis,dan kreatif.”(Imam Barnadib dan Sutari Imam Barnadib,1996: 62 ).
Berbagai teori dalam psikologi belajar pada prinsipnya berortientasi pada dua model pandangan manusia, yaitu model berorientasi behavioristik dan model yang berorientasi fenomenologis.
Orientasi behavioristik memandang manusia sebagai organisme pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang terdapat dalam lingkungan. Menurut pandangan ini manusia dapat dimanipulasi, yaitu tingkah lakunya dapat dikontrol. Adapun caranya adalah dengan mengontrol stimulus-stimulus yang ada diluarnya
(Dirjen Dikti, 1984-1985:34).
Orientasi fenomenologis menganggap manusia sebagai sumber dari semua kegiatan. Strategi ini juga memandang bahwa “ manusia sebagai makhluk aktif yang mampu beraksi dan melakukan pilihan-pilihan sendiri”
( Umar Tirtarahardja dan La Sula, 2000 : 194 ). Jadi pada hakekatnya manusia adalah kesadaran manusia. Jadi tingkah laku hanyalah ekspresi yang dapat diamati dan akibat dari eksistensi internal yang pada hakekatnya bersifat pribadi.Sebagai pribadi, ia adalah substansi, individu yang bersifat rasional, yang mampu menyadari bahwa dunia luarnya merupakan obyek yang dapat dijadikan alat untuk perkembangan dirinya, sehingga makin sempurna. Ada pendapat mengatakan bahwa “ Ciri khas adanya manusia adalah eksistensi, artinya manusia keluar dari dirinya sendiri, terbuka terhadap dunia luar. Keterbukaan ini tidak hanya dalam mengenal dunia tetapi justru dalam mengolahnya harus secara aktif dan kreatif, sehingga manusia makin berkembang dan makin sempurna “ ( A. Soedomo Hadi, 2005 : 7 ).
Kedua model pandangan tentang manusia ini berpengaruh terhadap proses pendidikan pada umumnya dan pendidikan disekolah pada khususnya. Orientasi behavioristik menyebabkan peranan guru amat kreatif dalam proses pembelajaran, sedangkan orientasi fenomenologis menyebabkan peranan murid aktif dalam proses pembelajaran.
Pemikiran di atas menempatkan betapa pentingnya peran siswa sebagai subyek dalam proses pembelajaran. Kualitas hasil belajar yang diperoleh sebagian ditentukan oleh kualitas faktor internal siswa, baik yang bersifat jasmani maupun yang bersifat psikologis. Salah satu faktor internal adalah konsep diri. Menurut Rogers “ individu mengevaluasi setiap pengalaman dalam kaitannya dengan konsep diri. Individu yang mempunyai konsep diri yang kuat dan positif akan memandang dunia dengan cara yang berbeda dengan orang yang mempunyai konsep diri yang lemah “ ( Rita L. Atkinson, dkk, 1993 : 169 ).
Dengan demikian dapat diartikan bahwa konsep diri mempengaruhi sikap, pemikiran, dan tindakan kita, serta suasana hati kita seperti rasa gembira dan rasa puas. Ada pendapat yang mengatakan bahwa “ Taraf kepuasan yang seseorang peroleh dari pekerjaan sebanding dengan tingkat dimana mereka telah sanggup mengimplementasikan konsep-konsep dirinya “ ( Moh. Thayeb Manrihu, 1992 : 94 ). Konsep diri yang buruk akan membuat kita sulit merealisir bakat dan potensi yang terpendam dalam diri kita. Sebaiknya citra diri yang sehat melapangkan jalan untuk meraih sukses dan kebahagian untuk hidup. Sejalan dengan pikiran ini siswa yang mempunyai kondep diri yang positif akan melapangkan kesuksesannya dalam belajar, sedangkan yang memiliki konsep diri yang negatif akan mengalami kesulitan.
Sedangkan dalam hal ini dapat diartikan pola asuh juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, untuk itu peran orang tua sangat penting dalam hal ini. Menurut Baumrind (1971) mengidentifikasikan tiga pola utama pengasuhan orang tua. Orang tua yang otoriter mengharapkan kepatuhan mutlak dan melihat bahwa anak butuh untuk di control. Sebaliknya, orang tua yang permisif membolehkan anak untuk mengatur hidup mereka sendiri dan menyediakan hanya sedikit panduan baku. Orang tua yang otoritatif bersifat tegas, adil, dan logis. Gaya pengasuhan ini dipandang akan membentuk anak-anak yang secara psikoligis sehat, kompeten, dan mandiri, yang bersifat kooperatif dan nyaman menghadapi situasi-situasi sosial. Peneliti lain ( Maccoby & Martin, 1983 ) menemukan tipe gaya pengasuhan keempat yang disebut “ tak terlibat “ atau uninvolved “. Orang tua yang tak terlibat sering kali terlalu larut dalam kehidupan mereka sendiri untuk bisa memberi respon yang tepat pada anak-anak mereka dan sering terlihat tak perduli.
Banyak pengaruh terhadap perkembangan kita terjadi dalam hubungan kita dengan orang selain orang tua kita saat anak-anak tumbuh melewati masa awal anak-anak, pola pertemanan akan berubah. Perubahan-perubahan ini banyak disebabkan oleh perkembangan kognitif. Berbagai kemampuan baru untuk berpikir tentang diri mereka dan orang lain, dan untuk memahami dunia mereka memungkinkan anak untuk mengembangkan hubungan sebaya yang lebih dalam dan bermakna.
Di sekolah, sebagian besar hidup anak dihabiskan tidak dengan orang tua mereka. Proses sosialisasi yang didasarkan pada hubungan primer dengan orang tua berlanjut dengan teman sebaya dalam situasi bermain dan sekolah : Sosialisasi adalah proses instrumental dimana anak menginternalisasikan nilai-nilai dan sikap-sikap kultural. Sekolah melembagakan standar-standar ini dan merupakan kontributor penting tidak hanya terhadap perkembangan intelektual tapi juga yang tak kalah penting, terhadap perkembangan sosila emosional.
Berhubungan dari uraian diatas, maka ada keinginan untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan antara konsep diri seorang siswa dengan prestasi belajarnya. Adapun judul skripsi yang dipilih adalah : HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KONSEP DIRI SISWA KELAS XII SMK PANCASILA PURWODADI, KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008.
C. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang akan diteliti rencananya adalah :
Ada beberapa siswa yang malas belajar karena merasa tidak mampu.
Banyaknya siswa yang menyontek saat ulangan.
Adanya siswa yang pesimis terhadap kemampuan dirinya dalam meraih prestasi.
Adanya pandangan dari beberapa guru SMK Pancasila bahwa siswa yang memiliki konsep diri negatif cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah. Demikian sebaliknya,siswa yang memiliki konsep diri yang positif memiliki prestasi belajar yang tinngi.
Banyak siswa yang belum memahami diri sehingga sering sulit dalam menentukan arah diri dalam proses pembelajaran.
D. Pembatasan Masalah
Berikut ini akan dibatasi masalah yang berkaitan dengan istilah yang ada dalam judul penelitian diatas yaitu :
HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN KONSEP DIRI SISWA KELAS XII SMK PANCASILA PURWODADI, KABUPATEN GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008.
E. Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian terdapat banyak maasalah yang dapat menghambat pelaksanaan penelitian, maka perumusan masalah adalah langkah yang sangat penting. Dengan permasalahan diharapkan dapat mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan data dan memilih metodologi yang tepat untuk penelitian yang positif dan signifikan.

F. Tujuan Penelitian
Rencana penelitian ini memiliki tujuan yaitu “ Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pola asuh dengan konsep diri siswa kelas XII SMK Pancasila Purwodadi Grobogan.
G. Manfaat Penelitian

A. Manfaat Teoritis
1. Memberikan informasi kepada pembimbing belajar dan peserta didik mengenai pentingnya pemahaman mengenai konsep diri dalam meningkatkan prestasi belajar.
2. Memberikan masukan kepada para pengelola proses pembelajaran mengenai keterkaitan antara konsep diri dan prestasi belajar.

B. Manfaat Praktis
1. Menghindari adanya pemahaman yang keliru mengenai konsep diri di kalangan pembimbing belajar, pengelola proses pembelajaran dan para siswa.
2. Memberikan gambaran kepada peserta didik dan para pendidik mengenai pembentukan konsep diri yang positif.
3. Sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan hasil belajar.


III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Diskripsi Teori
1. Tinjauan Tentang Proses dan Hasil Belajar
a. Pengertian proses dan hasil belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara sengaja yang menimbulkan perubahan tingkah laku, perubahan tersebut diketahui yang didapatkan dari kemampuan baru yang relatif menetap dalam diri individu yang belajar. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa proses belajar itu, merupakan proses internal yang terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungan sebagai faktor eksternal.
b. Faktor - faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Dapat dikelompokan menjadi dua kategori yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa yang meliputi dua aspek pokok yaitu aspek jasmani dan aspek rohani. Contoh : Aspek jasmani adalah kondisi jasmani pada umumnya dan panca indra, sedangkan Contoh : Aspek rohani adalah intelegensi, motivasi, konsep diri, dan kepribadian. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa. Faktor ini dapat berupa lingkungan seperti sarana yang sengaja diadakan dan dapat pula berupa lingkungan alam dan lingkungan sosial.
2. Tinjauan Tentang Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua adalah suatu model mendidik yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya. Fungsi orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam masyarakat, baik dalam tinjauan sosiologis, biologis, maupun psikologis. Adapun pengertian tentang fungsi secara biologis adalah melanjutkan keturunan, sedangkan fungsi psikolofis adalah memberikan kasih saying, keakraban dan mengembangkan kepribadian, dan untuk fungsi secara sosiologis adalah menanamkan kewajiban, tanggung jawab, meneruskan adat-istiadat, system nilai dan norma, agama ( Gunarso, 1995 : 30 ).
b. Jenis Pola Asuh
Pola asuh orang tua yang dapat diterapkan untuk membina anak-anaknya adalah mempunyai perbedaan antara satu orang dengan yang lain. Berkaitan dengan hal tersebut pada dasarnya tidak terdapat rumus yang pasti untuk melakukan pola asuh orang tua.
c. Bentuk Pola Asuh
Perwujudan pola asuh yang dilakukan orang tua diantaranya adalah sebagai berikut :
1.) Metode autokratis orang tua lebih cenderung melakukan pola asuh yang sesuai dengan apa yang dialaminya.
2.) Metode demokratis orang tua lebih bersifat mementingkan kelompok bersama dengan cara musyawarah. Pola demokratis selain memperhatikan kebebasan juga memperhatikan suatu ketertiban, sehingga ketertiban yang dilakukan akan mempunyai nilai tambah bagi dirinya sendiri.
3. Tinjauan Tentang Konsep Diri
a. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri seseorang erat berhubungan dengan penerimaan dirinya, penilaian dirinya, citra dirinya, gambaran tentang dirinya dan tentang harga dirinya. ( F. Mardi Prasetyo, SJ,2000 : 168 )
Konsep diri seseorang dari waktu kewaktu akan mengalami perkembangan semakin luas, semakin beragam dan kaya pengalaman , maka akan semakin terinci serta mantap pola dirinya. Konsep diri terbagi atas konsep diri yang negatif dan konsep diri yang positif
( R.B. Burns, 1993 ).
v Karakteristik mengenai konsep diri yang negatif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut :
1). Individu sangat peka dan mempunyai kecenderungan sulit menerima kritik dari orang lain. Kritik dipandang sebagai
pengabsahan lebih lanjut kepada inferioritas mereka.
2). Individu yang mengalami kesulitan dalam berbicara dengan orang lain. Sikap yang hiperkritis dipergunakan untuk mempertahankan citra diri yang goyah, dan mengarahkan kembali perhatian kepada kekurangan dari orang lain daripada kekurangan dirinya sendiri.
3). Individu yang sulit mengakui bahwa ia salah. Terdapat kompleks penyiksaan di mana kegagalan ditempatkan pada rencana tersembunyi dari orang lain dan kesalahan ditujukan kepada orang lain. Dengan kata lain, kelemahan pribadi dan kegagalan diri tidak mau diakui sebagai bagian dari dirinya sendiri.



v Karakteristik mengenai konsep diri yang positif secara umum tercermin dari keadaan diri sebagai berikut :
1). Individu dapat menerima dirinya sendiri dan memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang menyenangkan dibandingkan orang yang menolak dirinya.
2). Individu memiliki kemampuan untuk memodifikasi nilai dan prinsip yang sebelumnya dipegang teguh dengan pengalaman yang baru.
3). Individu tidak mempunyai kekhawatiran terhadap masa lalu dan masa yang akan datang.
b. Manfaat Konsep Diri
Apabila konsep diri sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, maka akan memudahkan individu untuk berinteraksi dengan lingkungannya dan dalam pergaulannya dengan orang lain ( Problematic Man, 1995 )
4. Hubungan Konsep Diri dengan prestasi belajar
a. Konsep diri sebagai pusat kepribadian subyek belajar.
b. Konsep diri sebagai faktor psikologis dalam prose belajar.
c. Konsep diri sebagai sarana dan tujuan belajar.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraia diatas, maka dapat disajikan keranka berpikir sebagai berikut :
1. Konsep diri merupakan faktor internal dalam belajar.
2. Belajar merupakan aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan nilai
rapor yang baik dan memuaskan.
3. Konsep diri yang positif dapat mengembangkan perilaku yang kondusif
bagi pertumbuhan dan perkembangan individu.
Prestasi Belajar
Konsep Diri 4. Konsep diri yang baik memberi peluang yang besar bagi individu untuk
meraih prestasi belajar yang maksimal. Kerangka berpikir dapat
disajikan dalam bentuk matrik sebagai berikut :


C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang mungkin benar atau mungkin salah, sehingga hipotesis perlu dibuktikan kebenaranya. ( Suharsimi Arikunto,1994:78).
Berdasarkan pengertian tersebut dikemukakan hipotesis adalah jawaban sementara dari hasil penelitian yang dilakukan.
Hipotesis yang dikenal dalam suatu penelitian Y,umumnya ada dua yaitu Hipotesis Kerja (Ha) hipotesis nihil (Ho) namun dalam penelitian hipotesis yang diajukan adalah hipotesis kerja yang berbunyi:
“Adanya perbedaan minat belajar siswa antara yang mengikuti layanan pembelajaran dengan siswa yang tidak mengikuti layanan pembelajaran pada siswa SMK PANCASILA PURWODADI GROBOGAN”.
Perbedaan tersebut menunjukan bahwa siswa yang mengikuti layanan pembelajaran memiliki minat belajar yang lebih baik dari pada siswa yang tidak mengikuti layanan pembelajaran.








IV. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Rencana penelitian akan dilaksanakan di SMK PANCASILA PURWODADI – GROBOGAN.
b. Waktu Penelitian
Setelah proposal ini disetujui selanjutnya akan melakukan penelitian selama 3 bulan.

B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Untuk menjelaskan atau memberi gambaran tentang apa yang akan diteliti dalam suatu penelitian selalu berkaitan dengan populasi.
Pengertian populasi adalah keseluruhan obyek penelitian baik berupa manusia, gejala-gejala peristiwa maupun benda ( Suharsimi Arikunto,1988 :115).
Sedangkan Sutrisno Hadi (1999:220), menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan individu baik manusia maupun yang bukan manusia yang memiliki sifat atau ciri-ciri yang sama untuk dijadikan daerah penelitian.
Dalam penelitian ini populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian siswa kelas XII SMK PANCASILA Purwodadi sejumlah 152 siswa yang terdiri dari 6 kelas yakni kelas A samapai dengan kelas F.

b. Sampel

1) Jumlah Sampel
Seorang peneliti tidak harus menggunakan populasi tetapi diijinkan untuk penelitian sempel. Sempel adalah sebagian atau wakil populasi untuk diteliti (Suharsimi Arikunto, 1999:102). Sedangkan menurut sutrisno hadi (1982:224), sempel adalah sekelompok individu yang jumlahnya kurang dari populasi. Berdasarkan pengertian tersebut disimpulkan bahwa sempel adalah bagian atau wakil dari populasi untuk dijadikan obyek penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (1992:103) tidak seharusnya seorang peneliti melakukan penelitian dengan seluruh obyek untuk diteliti, tetapi boleh meneliti sebagian populasi yang berarti penelitian secara sempel. Hal ini seperti yang dikemukakan yakni “ ………. Untuk sekedar ancer-ancer, maka subyeknya kurang dari 100 lebih baik subyeknya diambil seluruhnya untuk diselidiki sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Sedang subyeknya besar lebih dari 100, bisa diambil 10-15% , 20- 25% tergantung kebutuhan. “ berdasarkan pendapat tersebut sempel ditetapkan sebesar 15 % hal ini mengacu pendapat diatas.

2) Teknik Sampling
Rencana dalam pengambilan penelitian ini menggunakan teknik sampel porposive sampling “ teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya: (Husaini Usman, 1995:186).


C. Variabel Penelitian
Sehubungan dengan pengertian dan jenis variabel yang berhubungan dengan rumusan tujuan diatas,maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang mempengaruhi atau prediktor yang disebut variabel bebas dan variabel yang dipengaruhi atau kriterius yang disebut variabel terikat adalah :
a. Varibel Layanan Pembelajaran (X) varibel inilah yang menunjukan dimana bantuan atau bimbingan belajar yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa agar ada perubahan tingkah laku yang lebih dewasa,dari pengalaman-pengalaman dan latihan-latihan yang diperolehnya, untuk kepentingan sisawa itu sendiri,yaitu memperoleh prestasi berlajar yang optimal.
b. Variabel minat belajar (Y) variabel ini menunjukan dimana suatu keinginan yang ditimbulkan dari dalam individu kepada suatu keinginan belajar karena kebutuhan yang disertai perasaan senang dan menjadi landasan untuk mencapai keberhasilan.

D. Teknik Pengumpulan Data
Mengingat data yang dikumpulkan menyangkut prestasi belajar dan konsep diri, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Angket untuk mencari data tentang konsep diri
(a). Pengertian angket menurut Suharsimi ( 1997 : 140 ) adalah “Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk meemperoleh informasi dari responden dalam arti tentang pribadinya dan hal-hal yang diketahuinya.”
(b). Alasan dipilihnya metode angket dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menghindari pengaruh-pengaruh subyektif.
2. Dengan angket responden lebih tegas dalam memberi keterangan.
3. Setiap responden dapat dipastikan menerima seumlah pertanyaan
yang sama.
(c). Keuntungan memakai angket adalah :
1. Tidak mengharuskan kehadiran peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
sekaligus.
3. Waktu pelaksanaan pengisian tidak mengikat sehingga dapat
disesuiakan dengan waktu yang dimiliki responden.
4. Bisa dibuat anonym sehingga responden bisa jujur dan lebih bebas
dalam menjawab.
(d). Penilaian angket :
Dalam penelitian ini teknik angket yang digunakan adalah angket langsung, yaitu menyampaiakan daftar pertanyaan secara langsung pada responden. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang konsep diri.Angket dapat disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dan setiap pilihan punya bobot tersendiri dengan kriteria sebagai berikut :
- Alternatif A mendapat Score 5
- Alternatif B mendapat Score 4
- Alternatif C mendapat Score 3
- Alternatif D mendapat Score 2
- Alternatif E mendapat Score 1




b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mendapatkan data mengenai hal – hal atau suatu variabel yang berupa catatan,prestasi dan sebagainya (Suraharsimi Arikunto, 1993:202). Sedangkan menurut
(Winarno Surakhmad, 1980 : 142) Metode dokumentasi adalah suatu penyelidikan yang ditunjukan kepada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber-sumber dokumen.

E. Uji Coba Instrumen
Suatu instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian haruslah memenuhi standart validitas dan reliabilitas. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket. Maka angket tersebut harus memenuhi persyaratan kesahihan dan keandalan. Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut adalah :
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevaliditasan keahlian suatu instrumen (Suharsimi Arikunto,1993 : 136).Pengukuran validitas instrument dengan menggunakan rumus Product moment ( Pearson ), maka rumusnya adalah sebagai berikut :

( Suharsimi Arikunto, 2002 : 162 ).

Keterangan:
= Jumlah nilai X
= Jumlah nilai Y
= Jumlah kuadrat X
= Jumlah kuadrat Y
= Jumlah perkalian X dan Y
N = Jumlah obyek yang diteliti
= Koefisien korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat
Untuk mengukur validitas item digunakan koefisien korelasi sebagai berikut :
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 sangat rendah
(Arikunto,1987;71)

b. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan, atau menunjukan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama (Djamaludin Acok dalam Masri Singarimbun,1989:140). Sedangkan menurut ( Hadari Nawawi 1985 : 139 ). Reliabilitas adalah Alat pengumpulan data menunjukkan tinkat ketepatan alat tersebut dalam mengungkapkan gejala-gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik belah dua yaitu dengan mengelompokan skor item nomor gasal ( X ) dan skor item genap ( Y ), kemudian skor tersebut dikorelasikan dengan menggunakan rumus korelasi product moment angka kasar. Dari hasil korelasi X dan Y tersebut kemudian dimasukkan kedalam rumus Spearman Brown sebagai berikut :
= ½½
( 1 + )
( Suharsimi Arikunto, 1990 : 90 )
Keterangan:
= Korelasi reliabilitas instrumen
= Korelasi antara item balahan pertama dengan item belahan kedua (Suharsimi Arikunto, 1996:160).

F. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah berupa angka-angka. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis statistic, untuk mengetahui hubungan antara variable yang ada dengan rumus koefisien korelasi Product Moment dengan angka kasar dari karl Pearson sebagai berikut :
r =
Keterangan:
= Jumlah belahan gasal(X)
= Jumlah belahan genap(Y)
= Jumlah nilai belahan gasal (X) yang dikuadratkan
= Jumlah nilai belahan genap (Y) yang dikuadratkan
= Jumlah perkalian belahan gasal (X) dengan belahan genap(Y)
N = Jumlah obyek yang diteliti

Untuk mengukur Hubungan Pola Asuh dengan Konsep Diri Siwa, maka dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan jumlah sampel ( N ) tertentu pada tarif signifikan 5%. Besar kecilnya hubungannya dinyatakan dalam angka pada indeks. Berapapun kecilnya korelasi, jika bukan 0,000 dapat diartikan bahwa antara indeks variabel yang dikolerasikan, terdapat adanya korelasi
( Arikunto, 1996 : 256 ).










G. SISTEMATIKA SKRIPSI
Untuk memudahkan para pembaca dalam memahami skripsi ini, maka penyajianya dibagai menjadi tiga bagian yaitu: bagian awal , bagian isi, dan bagian akhir.
Bagian isi terdiri dari lima bab dan masing – masing bab terdiri dari sub – sub seperti berikut ini :

Bab I : PENDAHULUAN
Latar Belakang masalah
Identifikasi Masalah
Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Bab II : LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Diskripsi Teori
I. Tinjauan Tentang Proses dan Hasil Belajar
Pengertian proses dan hasil belajar
2. Tujuan dan hasil belajar
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
II. Tinjauan Tentang Konsep Diri
1.Pengertian konsep Diri
2. Manfaat Konsep Diri
Hubungan Konsep Diri Dengan Prestasi Belajar
HIPOTESIS

Bab III : METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Teknik Populasi dan Sempel
Teknik Sampling
Teknik pengumpulan Data
Uji Coba Instrumen
Teknik Analisis Data

Bab IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambar umum obyek penelitian
Analisis data dan pembahasan
Pembahasan hasil penelitian

Bab V : PENUTUP
Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



.

















DAFTAR PUSTAKA

Dirjen.Dikti., 1984 – 1985. Materi Dasar Pendidikan program Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi, Psikologi Belajar, Dirjen Dikti, Jakarta.
Dewa ketut sukardi, 1994. Bimbingan dan Konseling, Jakarta; Bima Aksara
Sutrisno Hadi, 1995. Metodelogi Penelitian, Andi Offset, Yogyakarta
Sutrisno Hadi, 2001. Statistik 1 dan 2, Andi Offset, Yogyakarta
Suharsimi Arikunto, 1999. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka cipta.
Sudjana, 1996. Metoda Statistik, Bandung : Tarsito.
Moh. Thayeb Manrihu, 1992. Pengantar BK Karier, Bumi Aksara, Jakarta
Chlijah Hasan, 1994. Dimensi-dimensi Pendidikan, Jakarta ; Rajawali Press.
Siparwoto. 2000. Evaluasi Layanan Bimbingan Konseling, UNNES
I. Judul : MOTIVASI SISWA DALAM MEMANFAATKAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SLTP NEGERI I GUNDHI

II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan bimbingan dan konseling adalah bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pendidikan. Didalam peraturan pemerintah No 29 tahun 1990 di gariskan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan maa depan. Dalam mencapai tujuan tersebut di harapkan siswa memperoleh berbagai jenis layanan. Adanya kesadaran hal tersebut dapat memotivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Motivasi yang di wujudkan dapat mempengaruhi faktor-faktor lain yang akan di ungkapkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini. Hasil dari penemuan faktor-faktor tersebut maka dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait, sehingga pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling oleh siswa dapat di tingkatkan dari sebelumnya.
Permasalahan yang dialami oleh siswa di sekolah seringkali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini disebabkan oleh sumber-sumber permasalahan siswa yang banyak terletak di luar sekolah. Dalam hal ini permasalahan siswa tidak boleh di biarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas dan efektif, maka dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan pernasalahannya. Dalam tugas pelayanan yang luas , maka bimbingan dan konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka. Mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja dan pemuda, bahkan orang-orang dewasa di dalam keluarga, dalam lembaga-lembaga kerja dan di dalamorganisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan pada umumnya akan menghadapi kemungkinan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan dan perkembangannya.( Ivey dan Goncaves, 1978 ).
Kesadaran akan perlunya bimbingan dan konseling bukan saja kepada siswa, tetapi juga kepada guru pembimbingnya agar dapat di upayakan pengembangan pelayanan agar menjadi lebih baik. Dasar inilah yang di pakai oleh para guru pembimbing di SLTP N 1 Gundhi, sehingga pemanfaatan bimbingan dan konseling oleh siswa di sekolah tersebut lebih tinggi.
Hasil dari survey yang telah dilakukan oleh penulis di SLTP N 1 Gundhi, tentang pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling dengan siswa datang sendiri kepada guru pembimbing yang mempunyai beberapa hambatan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Hambatannya antara lain adalah hambatan dari segi waktu dan tenaga. Setiap guru pembimbing harus membimbing 152 anak. Waktu melaksanakan laynan-layanan juga masih terbatas, sehingga dengan jumlah kelas yang begitu banyak siswanya masih ada yang kurang memenuhi tentang apa tujuan serta manfaat binbingan dan konseling sebenarnaya. Akibat dari itu masih banyak siswa yang “salah kaprah” terhadap bimbingan dan konseling yang diantaranya menganggap guru pembimbing sebagai guru disiplin.
Berdasarkan dari data yang telah dipeeroleh dari lapangan dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling ini sangat penting. Atas dasar tersebut, maka dapat di lihat bahwa layanan bimbingan dan konseling harus diberikan kepada siswa.Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk meneliti MOTIVASI SISWA DALAM MEMANFAATKAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SLTP NEGERI 1 GUNDHI.

B. Pembatasan Masalah
Hasil dari uraian diatas telah memunculkan satu permasalahan yang dituangkan ke dalam bentuk pertanyaan.
“Apakah yang memotivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di SLTP N 1 Gundhi ?”

C. Perumusan Masalah
Dalam suatu penelitian terdapat banyak permasalah yang dapat menghambat pelaksanaan penelitian, maka perumusan masalah adalah langkah yang sangat penting. Dengan perumusan masalah diharapkan dapat mengarahkan peneliti untuk mengumpulkan data dan memilih metodologi yang tepat untuk penelitian yang positif dan signifikan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah manfaat motivasi siswa dalam layanan bimbingan dan konseling?”.





D. Tujuan Penelitian
Manfaat yang hendak diperoleh dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di SLTP Negeri 1 Gundhi.

E. Manfaat Peneliti
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling di sekolah.

b. Manfaat Praktis
Dapat digunakan sebagai bahan masukan oleh pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah untuk meningkatkan pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling disekolah. Sehingga pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah itu akan lebih meningkat dari sebelumnya.

III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Landasan teori ini akan menguraikan tentang teori-teori yang akan dijadikan landasan dalam membuat penelitian oleh penulis. Dalam landasan teori ini juga akan dijadikan sebagai pedoman bagi penulis dalam membuat instrumen, dimana instrumen tersebut digunakan sebagai alat untuk menilai tentang pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling oleh siswa. Teori-teori yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut :
a) Bimbingan dan konseling
b) Siswa sebagai subyek utama
c) Motivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling
Selanjutnya dapat diuraikan tentang landasan teori yang pertama adalah berkaitan dengan bimbingan dan konseling :
A. BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Pengertian Bimbingan
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan penyesuain-penyesuain yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu tidak diturunkan ( diwariskan ) tetapi harus dikembangkan.”( Jones, Staffire & Stewart, 1970 : dalam Prayitno, Erman Anti, 1994 ).
2. Pengertian Konseling
“Konseling adalah suatu kegiatan dimana semua fakta yang dikumpulkan dan semua pengalaman siswa yang difokuskan pada masalah tertentu yang harus diatasi, dimana ia diberi bantuan secara pribadi maupun langsung dalam memecahkan masalah itu sendiri.Konselor tidak memecahkan masalah untuk klien. Konseling harus ditunjukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalah sendiri tanpa bantuan” ( Jones, 1951 ).

B. TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING
a) Tujuan Umum
Tujuan umum dari pelayanan bimbingan dan konseling adalah sama dengan tujuan pendidikan, sebagaiman dinyatakan dalam UU No.2 sistem pendidikan Nasional, yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan ( DIPDIKBUD, 1996 / 1997 ).
Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah pemberian bantuan kepada siswa sama ada siswa yang bermasalah maupun yang tidak bermasalah. Pernyataan ini di dukung oleh ( Ridwan, 1998 ) yaitu : “Penanganan siswa secara luas tidak hanya menyangkut siswa yang bermasalah ( misalnya : melanggar peraturan, underachiever atau slow learner ) tetapi juga penangan siswa yang menunjukkan prestasi tinggi”
.
b) Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari bimbingan dan konseling menurut ( George & Christiani, 1981) adalah sebagai berikut :
1) Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku.
2) Meningkatkan ketrampilan untuk menghadapi sesuatu.
3) Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusan.
4) Meningkatkan dalam hubungan antara perorangan.
5) Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien.
C. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan uraian yang disajikan diatas, maka dapat disajikan kerangka berpikir sebagai berikut :
1) Layanan bimbingan dan konseling memiliki motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
2) Minat merupakan keterkaitan seseorang terhadap sesuatu, sehingga menjadi penyebab terhadap partisipasinya ke dalam kegiatan tersebut.
3) Pelaksanaan layanan dapat di lihat dari aspek dan metode yang di gunakan serta fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
4) Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah sangat erat kaitannya dengan metode yang digunakan serta fasilitas yang menunjang pelaksanaan bimbingan dan konseling.

D. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang mungkin benar atau mungkin salah, sehingga hipotesis perlu dibuktikan kebenaranya. ( Suharsimi Arikunto,1994:78).
Berdasarkan pengertian tersebut dikemukakan hipotesis adalah jawaban sementara dari hasil penelitian yang dilakukan.
Hipotesis yang dikenal dalam suatu penelitian Y,umumnya ada dua yaitu Hipotesis Kerja (Ha) hipotesis nihil (Ho) namun dalam penelitian hipotesis yang diajukan adalah hipotesis kerja yang berbunyi:
“Motivasi siswa dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di SLTP N I GUNDHI”.

IV. METODOLOGI PENELITIAN
Setiap langkah memecahkan masalah perlu menggunakan metode yang sesuai, sehingga kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan. Metode penelitian adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan (Surachmad, 1984 :131). Sedangkan menurut pendapat Sutrisno Hadi (1996 : 4) metode adalah suatu cara untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha kebenaran suatu pengetahuan usaha mana dilakukan dengan metode ilmiah.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang cara yang ditempuh untuk mengadakan penelitian artinya pengetahuan yang dapat diterima dengan akal pikiran yang sehat disertai bukti yang menyakinkan, dikumpulkan secara logis, sistematis dan terkontrol.

1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksud untuk diteliti (Sutrisno Hadi, 1994 : 220). Dalam Penelitian yang dimanfaatkan sebagai populasi adalah seluruh siswa SLTP N I GUNDHI. Sedangkan menurut (Suharsimi Arikunto, 1996 : 120) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang ada . Dalam penelitian ini jumlah populasinya adalah 152 siswa, sehingga populasi sejumlah tersebut sekaligus juga dipakai sebagai sampel. Alasan penggunaan populasi sekaligus dijadikan sebagai sampel adalah mengacu pada pendapat (Suharsimi Arikunto, 1996 : 107) menurut pendapatnya bila jumlah populasinya kurang dari 100 (seratus) lebih
baik digunakan seluruhnya sebagai sampel, sehingga penelitiannya penelitian populasi.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling dengan cara datang sendiri. Dengan demikian teknik yang digunakan untuk memilih sampel adalah purposive sampling. Menurut ( Suharsimi Arikumto : 1986 ) memberikan pikiran dalam buku prosedur penelitian tentang pengambilan sampel dimana beliau mengatakan apabila subyek lebih dari 100 orang, dapat diambil 10 – 15 %.

2. Variabel Penelitian
Setiap variabel penelitian tidak lepas dengan variabel adalah objek penelitian atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikumto, 1996:97). Sedangkan menurut (Sutrisno Hadi, 1994 : 224) variabel adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi, baik dalam jenisnya maupun tingkatannya. Faktor-faktor yang mendorong siswa memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling merupakan variabel yang diteliti yang terdiri dari sub variabel motivasi yang dibagi menjadi 2 faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.
3. Teknik Pengumpulan Data
Karena penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Metode Angket
Angket adalah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden) (Arikunto, 1993 : 24). Angket ini digunakan untuk
mengumpulkan data yang berasal dari sampel sejumlah 70. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket jenis langsung bersifat tertutup. Angket langsung adalah angket yang dikirim dan diisi langsung oleh orang
yang akan dimintai jawaban tentang dirinya (Arikunto, 1990 : 25). Sedangkan angket tertutup adalah angket yang disusun dengan menyediakan
pilihan jawaban lengkap, sehingga responden tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilihnya (Arikunto, 1990 : 225). Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup dengan empat (4) pilihan jawaban (option) dengan ketentuan setiap optionnya adalah :
1) Alternatif jawaban a skornya 4
2) Alternatif jawaban b skornya 3
3) Alternatif jawaban c skornya 2
4) Alternatif jawaban d skornya 1 (Suharsimi Arikunto, 1990 : 225)
Berdasarkan jawaban angket yang telah disebarkan kepada sejumlah responden maka akan disajikan kreteria hasil penelitian untuk mengetahui seberapa jauh manfaat layanan bimbingan dan konseling di SLTP N 1 Gundhi dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Sangat berperan, jika responden jumlah total jawaban responden antara
80 % - 100 %.
2) Berperan , jika responden jumlah total jawaban responden antara 60 % - 79 %.
3) Kurang berperan, jika responden jumlah total jawaban responden antara 40 % - 59 %.
4) Tidak berperan, jika responden jumlah total jawaban responden antara 0 % - 39 %.
b. Teknik Wawancara
Wawancara ini terutama dilakukan dengan berbagai pihak yang telah dipilih sebagai informan dan sebagai sumber data yang ingin diungkap. Hal ini menggali dan memperoleh informasi yang lebih lengkap dan lebih efektif atau sesuai keadaan yang sebenarnya. Wawancara jenis ini tidak dilakukan
dengan struktur mengikat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Keluwesan cara ini memberikan informasi yang sebenarnya (Miles & Huberman dalam Sutopo, 1988 : 131). Dalam hal ini terutama yang berkaitan dengan perasaan, sikap, pendapat dan pandangan mereka tentang motivasi manfaat layanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat penting.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mendapatkan dan mengenai hal-hal atau sesuatu variabel yang berupa catatan, prasasti dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 1993 : 202).
Metode ini digunakan untuk mencari atau mengetahui peran guru pembimbing dalam mendorong siswa memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.


4. Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 1991 : 136). Suatu isntrumen yang sahih atau valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.
Untuk mengukur validitas item penelitian ini peneliti menggunakan rumus Korelasi Product Moment dari Pearson.

Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
N. åXY – (åX)( åY)
rxy =

{N. åX² - (åX)²} {N . åY² - (åY)²}

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

åX = Jumlah nilai X
åY = Jumlah nilai Y
åX² = Jumlah Kuadrat X
åY² = Jumlah Kuadrat Y
N = Jumlah sampel penelitian (Arikunto, 1996 : 69)
Untuk mengukur validitas item digunakan koefisien sebagai berikut :
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 sangat rendah. (Arikunto, 1996 : 69).
b. Reliabilitas
Masalah yang erat hubungannya dengan validitas adalah reliabilitas. Reliabilitas atau keajegan dari alat pengumpul data (Instrumen) yang dapat menunjukkan atau mengungkap gejala tertentu dari kelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu-waktu yang tertentu (Hadari Nawawi, 1987 : 139).
Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa :
“Suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen menghasilkan data yang dapat digunakan ulang”. (Arikunto, 1996 : 168).

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka yang dimaksud reliabilitas dalam penelitian ini adalah suatu kemantapan, ketepatan dan homogenitas dari suatu instrumen sehingga dapat menghasilkan data yang tepat.
Untuk menentukan reliabilitas ada bermacam-macam teknik yang dapat digunakan. Pada dasarnya ada tiga, yaitu :
1) Teknik ulang yaitu menunjukkan adanya pengulangan, yaitu pengukuran yang sama kepada responden yang sama, dengan situasi yang kira-kira sama pada waktu yang berbeda.
2) Teknik bentuk paralel yaitu menunjukkan pada kesatuan yang sama, atau kelompok variabel diukur dua kali pada waktu yang sama atau hampir bersamaan pada sampel atau responden yang sama.
3) Teknik belah dua yaitu menunjukkan pada pengujian suatu instrumen dengan cara skor pada kedua bagian instrumen itu dikorelasikan (Surachman, 1988 : 93 – 94).

Reliabilitas yang dipilih oleh penulis adalah reliabilitas Alpha. Seperti yang di jelaskan oleh ( Suharismi, 95 : 1998 ) bahwa angket dan skala bertingkat di uji dengan rumus Alpha sebagai berikut :
Keterang
: Reliabilitas instrumen
K : Banyaknya butir item
Esb² : Jumlah varian butir
Est² : Varian total

5. Teknik Analisis Data
Setelah diperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian, maka langkah selanjutnya yaitu menyajikan dan menganalisis data tersebut. Pengolahan data merupakan langkah kritis dalam penelitian, dalam arti bahwa analisis data akan menentukan kesimpulan dari suatu penelitian. Benar tidaknya
kesimpulan tergantung dari analisis data.
Menurut Sutrisno Hadi (1989 : 257) analisis data adalah cara-cara ilmiah yang digunakan untuk mempersiapkan data, menyusun, menyajikan dan menganalisa data penyelidikan yang berujud angka-angka.
Sedangkan menurut Muhamad Ali (1989 : 156) analisis data adalah suatu pengetahuan yang berhubungan dengan cara mengumpulkan, mengelola atau menganalisis data, menarik kesimpulan, bahkan mengambil keputusan
yang mempunyai landasan kuat, yaitu data atau fakta empiris yang berhubungan dengan angka-angka.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data deskreptif prosentase.
Teknik ini digunakan untuk menjelaskan kualitas tentang Peran Guru pembimbing dalam memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di SLTP N 1 Gundhi.
Untuk memudahkan penelitian dalam menetaokan skor pada item yang dijabarkan, maka dibuat skor menggunakan skala. Skala yang digunakan adalah skala Likert menggunakan 4 pilihan jawaban. 4 pilihan jawaban adalah sebagai berikut dengan skor sebagai :
a. Sanagat setuju ( 4 )
b. Setuju ( 3 )
c. Tidak setuju ( 2 )
d. Sabgat tidak setuju ( 1 )
Tujuan menggunakan skala likert adalah item dapat dinyatakan dalam beberapa responsif seperti sangat setuju, setuju, bimbang, tidak setuju, sangat tidak setuju. Sesuai dengan tujuan penelitian yang faktor-faktor apa saja yang mendorong siswa memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di SLTP N 1 Gundhi, maka dibuat alternatif jawaban seperti di atas untuk melihat apakah responden setuju atau tidak setuju dan seterusnya dengan item yang dijabarkan dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mendorong memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling oleh responden.
Hasil yang diperoleh akan dihitung untuk mendapatkan presentasinya. Presentasi yang tinggi dari faktor-faktor tersebut mendorong siswa atau respondan memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Begitu juga sebaliknya. Langkah yang digunakan adalah :
1. Mencari jumlah skor yang ideal yaitu 4 ( sangat setuju ).
4 X ( jumlah item ) X N = Hasil ( skor yang ideal atau tertinggi ).
2. Mencari jumlah skor empirik atau skor yang diperoleh dengan
menjumlah semua skor.
3. Prosentase di aplikasikan mengikuti faktor atau indikator.
Contohnya : Pengetahuan 70 %.
Rumus untuk menghitung prosentase adalah :
Skor empirik X 100 %
Skor ideal

4. Presentase yang diperoleh dalam setiap faktor akan dibandingkan
dengan kriteria yang sudah ditetapkan dengan tujuan memberikan makna terhadap presentase yang di peroleh.
Cara untuk mendapatkan tabel kriteria adalah dengan :
1). Menentukan jenjang kriteria yaitu 4.
2). Menentukan lebar kelas menurut ( Sutrisno Hadi, 12 : 1989 ) adalah :
i = Jarak pengukuran ( R )
Jumlah imterval

i = Hasil tertinggi – hasil terendah
4

Hasil yang di peroleh akan dijadikan satu tabel kriterian yang mempunyai predikat sangat mendorong, mendorong, kurang mendorong dan tidak mendorong.
Sebagai contoh untuk faktor pengetahuan adalah hasil tetinggi 56 ( 4 x 14) dan hasil terendah ialah 14 ( 1 x 14).
56-14 = 10,5 di bulatkan menjadi 11
4
Lebar kelasnya adalah 11 dengan 4 jenjang kriteria yaitu sangat mendorong, mendorong, kurang mendorong dan tidak mendorong.
Cara menghitung presentasenya adalah :
47 X 100 % = 82 %
57









Kriteria Analisis Deskreptif
Pemanfaatan Layanan Bimbingan dan Konseling oleh siswa

Skor
Presentase
Predikat
45 - 47
82 – 100
Sangat memotivasi
36 – 46
63 – 81
Memotivasi
25 – 25
44 – 62
Kurang memotivasi
41 – 24
25 – 43
Tidak memotivasi

Keterangan :
Di lihat pada kriteria, maka faktor atau indikator pengetahuan dapat diartikan sebagai motivasi siswa memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling. Indikator pengetahuan sebesar 70 % termasuk pada kriteria motivasi, yaitu berada pada presentase antara 63% sampai dengan 81 %.









E. Sistematika Skripsi
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami skripsi ini disusun sistematika skripsi seperti yang telah ditentukan yaitu : Bagian awal skripsi meliputi : halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, ringkasan skripsi, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran.
Bagian isi skripsi, meliputi lima bab yaitu :
Bab I Pendahuluan terdiri dari : latar belakang masalah, permasalahan, penegasan istilah, tujuan peelitian, manfaat penelitian, sistematika skripsi.
Bab II Landasan Teori terdiri dari : Peran Guru, Pengertian Belajar, Prestasi Belajar, PPKn dan Peran Guru Dalam Pengelolaan Kelas Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar PPKn Siswa Di Kelas X SMA Pancasila Purwodadi
Bab III Metodologi Penelitian terdiri dari : populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, analisis data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan terdiri dari : Gambaran umum subyek penelitian, analisis data, pembahasan hasil penelitian.
Bab V Penutup terdiri dari : kesimpulan dan saran-saran.
Bagian akhir skripsi, pada bagian ini disajikan mengenai daftar pustaka, dan lampiran-lampiran.





DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, 1990, Psikologi Sosial, Jakarta : PT Rineka Cipta

Asmara Husni, 1985, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Depdikbud, 1996, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Depdiknas Dirjen Dikdasmen, 2002, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta : Depdiknas.

Kartini Kartono, 1980, Pengantar Metodologi Research Sosial, Bandung : Alumni.

Koentjoroningrat, 1985, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia.

Maman Rachman, 1998, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta : Rineka Cipta.

Ngalim Purwanto, 1997, Psikologi Pendidikan , Bandung : PT. Remaja Rasdakarya.

Suharsimi Arikunto, 1991, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara.

, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sutrisno Hadi, 1996, Statistik 2, Yogyakarta : Andi Offset.

, 1996, Metodologi Research I, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

, 1996, Metodologi Research II, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

, 1996, Metodologi Research III, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

, 1996, Metodologi Research IV, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Winarno Surachmad, 1989, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : CV. Transito.


Winkel, 1983, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : Gramedia.

Witherington, HC/M Bhucori, 1991, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineke Cipta.